Makalah 64 |
|
Paper 64 |
Ras-ras Warna Evolusioner |
|
The Evolutionary Races of Color |
64:0.1 (718.1) Berikut ini adalah kisah tentang ras-ras yang berevolusi di Urantia sejak zaman Andon dan Fonta, hampir satu juta tahun yang lalu, melalui masa-masa Pangeran Planet, hingga masa akhir zaman es. |
|
64:0.1 (718.1) THIS is the story of the evolutionary races of Urantia from the days of Andon and Fonta, almost one million years ago, down through the times of the Planetary Prince to the end of the ice age. |
64:0.2 (718.2) Ras manusia berusia hampir satu juta tahun, dan paruh pertama dari kisahnya secara umum bersangkut-paut dengan masa pra Pangeran Planet di Urantia. Separuh berikutnya sejarah umat manusia dimulai dari kedatangan Pangeran Planet dan kemunculan enam ras berwarna dan secara umum berkaitan dengan periode yang umum disebut sebagai Zaman Batu Tua. |
|
64:0.2 (718.2) The human race is almost one million years old, and the first half of its story roughly corresponds to the pre-Planetary Prince days of Urantia. The latter half of the history of mankind begins at the time of the arrival of the Planetary Prince and the appearance of the six colored races and roughly corresponds to the period commonly regarded as the Old Stone Age. |
1. Suku-suku Asli Andonik ^top |
|
1. The Andonic Aborigines ^top |
64:1.1 (718.3) Manusia primitif pertama mulai kemunculan evolusinya di bumi sedikit kurang dari satu juta tahun silam, dan mereka menjalani pengalaman yang keras. Secara naluri manusia berupaya untuk lepas dari risiko bahaya bercampur baur dengan suku-suku monyet yang inferior. Namun ia tidak dapat pindah ke arah timur karena dataran tinggi Tibet yang tandus, 900 kilometer di atas permukaan laut; ia juga tidak bisa berkelana ke barat maupun selatan sebab Laut Mediteranea yang meluas, yang saat itu mencapai ke timur hingga ke Samudra Hindia; dan saat ia pergi ke utara, ia bertemu dengan lempeng es yang sedang maju. Walaupun upaya migrasi lebih lanjut terhalang oleh es, dan walaupun suku-suku yang berpencar itu menjadi semakin bermusuhan, kelompok-kelompok yang lebih cerdas tidak berpikir untuk kembali pulang ke selatan untuk hidup bersama sepupu-sepupu mereka yang kecerdasannya lebih rendah, yang berbulu dan bermukim di atas pohon itu. |
|
64:1.1 (718.3) Primitive man made his evolutionary appearance on earth a little less than one million years ago, and he had a vigorous experience. He instinctively sought to escape the danger of mingling with the inferior simian tribes. But he could not migrate eastward because of the arid Tibetan land elevations, 30,000 feet above sea level; neither could he go south nor west because of the expanded Mediterranean Sea, which then extended eastward to the Indian Ocean; and as he went north, he encountered the advancing ice. But even when further migration was blocked by the ice, and though the dispersing tribes became increasingly hostile, the more intelligent groups never entertained the idea of going southward to live among their hairy tree-dwelling cousins of inferior intellect. |
64:1.2 (718.4) Banyak emosi keagamaan manusia yang paling awal tumbuh dari perasaan tidak berdaya mereka dalam situasi lingkungan geografis yang terkurung—pegunungan di kanan, laut di kiri, dan es di depan. Namun para kaum Andonit yang progresif ini tidak sudi kembali kepada sanak-saudara mereka yang inferior dan menghuni pohon di selatan itu. |
|
64:1.2 (718.4) Many of man’s earliest religious emotions grew out of his feeling of helplessness in the shut-in environment of this geographic situation—mountains to the right, water to the left, and ice in front. But these progressive Andonites would not turn back to their inferior tree-dwelling relatives in the south. |
64:1.3 (718.5) Suku-suku Andonit ini menghindari hutan, bertolak belakang dengan kebiasaan kerabat mereka yang bukan manusia. Di dalam hutan, manusia selalu merosot; evolusi manusia mencapai kemajuan hanya di tanah-tanah lapang dan garis lintang yang lebih tinggi. Hawa dingin dan rasa lapar di padang terbuka merangsang aksi, penemuan baru, dan penggunaan sumberdaya. Sementara suku-suku Andonik ini sedang mengembangkan pionir-pionir ras manusia masa kini di tengah-tengah kesukaran dan keterasingan di iklim utara yang keras ini, para sanak-saudara mereka yang terbelakang sedang bermewah-mewah dalam hutan-hutan tropis bagian selatan, di tanah asal usul bersama mereka. |
|
64:1.3 (718.5) These Andonites avoided the forests in contrast with the habits of their nonhuman relatives. In the forests man has always deteriorated; human evolution has made progress only in the open and in the higher latitudes. The cold and hunger of the open lands stimulate action, invention, and resourcefulness. While these Andonic tribes were developing the pioneers of the present human race amidst the hardships and privations of these rugged northern climes, their backward cousins were luxuriating in the southern tropical forests of the land of their early common origin. |
64:1.4 (718.6) Peristiwa-peristiwa ini berlangsung selama masa glasier es ketiga, yang menurut perhitungan para geolog dianggap sebagai masa glasier yang pertama. Dua glasier sebelumnya tidak merambah luas di Eropa utara. |
|
64:1.4 (718.6) These events occurred during the times of the third glacier, the first according to the reckoning of geologists. The first two glaciers were not extensive in northern Europe. |
64:1.5 (718.7) Selama sebagian besar zaman es, Inggris terkoneksi oleh daratan dengan Perancis, sedangkan Afrika belakangan juga bergabung dengan Eropa oleh jembatan daratan Sisilia. Pada waktu suku-suku Andonit bermigrasi ada jalur daratan yang sinambung dari Inggris di barat, melalui Eropa dan Asia, sampai ke Jawa di timur; namun Australia sekali lagi terisolasi, yang lebih jauh makin menonjolkan perkembangan faunanya yang unik. |
|
64:1.5 (718.7) During most of the ice age England was connected by land with France, while later on Africa was joined to Europe by the Sicilian land bridge. At the time of the Andonic migrations there was a continuous land path from England in the west on through Europe and Asia to Java in the east; but Australia was again isolated, which further accentuated the development of its own peculiar fauna. |
64:1.6 (719.1) 950.000 tahun silam keturunan Andon dan Fonta telah hijrah jauh ke timur dan ke barat. Ke barat mereka melintasi Eropa hingga ke Perancis dan Inggris. Pada masa-masa berikutnya mereka menembus ke timur hingga sejauh ke Jawa, di mana tulang-belulang mereka baru-baru ini berhasil ditemukan—yang disebut manusia Jawa (Pithecanthropus erectus)—dan kemudian melanjutkan pengembaraan ke Tasmania. |
|
64:1.6 (719.1) 950,000 years ago the descendants of Andon and Fonta had migrated far to the east and to the west. To the west they passed over Europe to France and England. In later times they penetrated eastward as far as Java, where their bones were so recently found—the so-called Java man—and then journeyed on to Tasmania. |
64:1.7 (719.2) Kelompok-kelompok yang berkelana ke arah barat menjadi tidak terlalu tercemari oleh stok genetik merosot dari kerabat mereka satu asal bersama itu, ketimbang kelompok-kelompok yang ke timur, yang bebas bercampur dengan suku-suku sepupu mereka yang terbelakang. Mereka yang tidak progresif bergeser ke selatan dan segera bercampur dengan suku-suku yang inferior. Selanjutnya, bertambahnya keturunan campur mereka yang jelek tersebut kembali ke utara dan kawin-mawin dengan bangsa Andonik asli yang sedang berkembang cepnat, dan penyatuan yang sangat disayangkan ini tidak ayal lagi memerosotkan stok unggulan. Makin lama makin sedikit pemukiman primitif yang masih melestarikan pemujaan terhadap sang Pemberi Napas. Peradaban yang baru saja bertunas ini telah terancam oleh kepunahan. |
|
64:1.7 (719.2) The groups going west became less contaminated with the backward stocks of mutual ancestral origin than those going east, who mingled so freely with their retarded animal cousins. These unprogressive individuals drifted southward and presently mated with the inferior tribes. Later on, increasing numbers of their mongrel descendants returned to the north to mate with the rapidly expanding Andonic peoples, and such unfortunate unions unfailingly deteriorated the superior stock. Fewer and fewer of the primitive settlements maintained the worship of the Breath Giver. This early dawn civilization was threatened with extinction. |
64:1.8 (719.3) Selalu demikianlah yang terjadi di Urantia. Peradaban yang sangat menjanjikan selanjutnya makin menurun dan akhirnya memang dimusnahkan oleh kebodohan suku-suku superior yang secara bebas kawin campur dengan mereka yang inferior. |
|
64:1.8 (719.3) And thus it has ever been on Urantia. Civilizations of great promise have successively deteriorated and have finally been extinguished by the folly of allowing the superior freely to procreate with the inferior. |
2. Bangsa Foxhall ^top |
|
2. The Foxhall Peoples ^top |
64:2.1 (719.4) 900.000 tahun silam warisan seni Andon dan Fonta serta kebudayaan Onagar sedang sirna dari muka bumi; kebudayaan, agama, dan bahkan seni asah batu rijang berada pada posisi surut terendahnya. |
|
64:2.1 (719.4) 900,000 years ago the arts of Andon and Fonta and the culture of Onagar were vanishing from the face of the earth; culture, religion, and even flintworking were at their lowest ebb. |
64:2.2 (719.5) Inilah masa ketika sejumlah besar kelompok campuran yang inferior itu tiba di Inggris dari Perancis selatan. Suku-suku ini umumnya bercampur dengan makhluk hutan yang mirip kera yang hampir tidak bisa disebut manusia. Mereka tidak beragama dan tetapi menjadi pengasah batu rijang kasar dan mempunyai kecerdasan yang cukup untuk menyalakan api. |
|
64:2.2 (719.5) These were the times when large numbers of inferior mongrel groups were arriving in England from southern France. These tribes were so largely mixed with the forest apelike creatures that they were scarcely human. They had no religion but were crude flintworkers and possessed sufficient intelligence to kindle fire. |
64:2.3 (719.6) Kehadiran mereka di Eropa segera disusul oleh suku-suku yang agak unggul dan cepat berkembang biak, yang anak keturunannya segera menyebar ke seluruh penjuru benua, mulai dari es utara hingga ke Alpen dan Mediteranea di selatan. Suku-suku ini sering disebut sebagai ras Heidelberg. |
|
64:2.3 (719.6) They were followed in Europe by a somewhat superior and prolific people, whose descendants soon spread over the entire continent from the ice in the north to the Alps and Mediterranean in the south. These tribes are the so-called Heidelberg race. |
64:2.4 (719.7) Selama periode kemerosotan budaya yang berlangsung lama tersebut suku-suku Foxhall dari Inggris dan suku-suku Badonan di baratlaut India terus berpegang pada tradisi Andon dan sisa-sisa tertentu dari kebudayaan Onagar. |
|
64:2.4 (719.7) During this long period of cultural decadence the Foxhall peoples of England and the Badonan tribes northwest of India continued to hold on to some of the traditions of Andon and certain remnants of the culture of Onagar. |
64:2.5 (719.8) Orang-orang Foxhall berkelana paling jauh ke barat dan berhasil mempertahankan banyak kebudayaan Andonik; mereka juga melestarikan pengetahuan mereka tentang seni asah batu, yang mereka turunkan pada keturunan mereka, para leluhur purba bangsa Eskimo. |
|
64:2.5 (719.8) The Foxhall peoples were farthest west and succeeded in retaining much of the Andonic culture; they also preserved their knowledge of flintworking, which they transmitted to their descendants, the ancient ancestors of the Eskimos. |
64:2.6 (719.9) Meskipun sisa-sisa peninggalan kaum Foxhall itu tergolong yang terakhir ditemukan di Inggris, orang-orang Andonit ini sebenarnya merupakan kelompok manusia pertama yang mendiami wilayah itu. Pada waktu itu jembatan daratan masih menyambungkan Perancis dan Inggris; dan karena sebagian besar pemukiman awal keturunan Andon itu terletak di sepanjang sungai dan pantai pada zaman awal itu, maka kediaman mereka itu sekarang sudah terendam di bawah perairan Selat Inggris dan Laut Utara, walaupun masih ada sekitar tiga atau empat yang masih berada di atas permukaan air di pantai Inggris. |
|
64:2.6 (719.9) Though the remains of the Foxhall peoples were the last to be discovered in England, these Andonites were really the first human beings to live in those regions. At that time the land bridge still connected France with England; and since most of the early settlements of the Andon descendants were located along the rivers and seashores of that early day, they are now under the waters of the English Channel and the North Sea, but some three or four are still above water on the English coast. |
64:2.7 (720.1) Banyak dari antara kaum Foxhall yang lebih cerdas dan rohani itu mempertahankan keunggulan rasial dan melestarikan adat keagamaan primitif mereka. Orang-orang inilah, yang belakangan bercampur dengan stok-stok genetik berikutnya, yang bertolak dari Inggris ke arah barat setelah rambahan es berikutnya dan telah bertahan sampai sekarang sebagai bangsa Eskimo. |
|
64:2.7 (720.1) Many of the more intelligent and spiritual of the Foxhall peoples maintained their racial superiority and perpetuated their primitive religious customs. And these people, as they were later admixed with subsequent stocks, journeyed on west from England after a later ice visitation and have survived as the present-day Eskimos. |
3. Suku-suku Badonan ^top |
|
3. The Badonan Tribes ^top |
64:3.1 (720.2) Selain orang Foxhall di barat, ada pusat perjuangan budaya lainnya yang bertahan di timur. Kelompok ini bermukim di kaki-kaki perbukitan dataran tinggi India barat laut, yaitu suku-suku keturunan Badonan; Badonan adalah salah seorang anak dari cicit Andon. Mereka adalah satu-satunya keturunan Andon yang tidak pernah mempraktekkan pengorbanan manusia. |
|
64:3.1 (720.2) Besides the Foxhall peoples in the west, another struggling center of culture persisted in the east. This group was located in the foothills of the northwestern Indian highlands among the tribes of Badonan, a great-great-grandson of Andon. These people were the only descendants of Andon who never practiced human sacrifice. |
64:3.2 (720.3) Para Badonit dataran tinggi ini menempati sebuah plato luas yang dikelilingi hutan, dilalui aliran-aliran sungai, dan melimpah dengan hewan buruan. Seperti beberapa sepupu mereka di Tibet, mereka tinggal dalam gubuk-gubuk batu kasar, gua-gua sisi perbukitan, dan terowongan-terowongan setengah bawah tanah. |
|
64:3.2 (720.3) These highland Badonites occupied an extensive plateau surrounded by forests, traversed by streams, and abounding in game. Like some of their cousins in Tibet, they lived in crude stone huts, hillside grottoes, and semiunderground passages. |
64:3.3 (720.4) Sementara suku-suku di utara semakin lama semakin gentar terhadap es, mereka yang hidup dekat kampung halaman asal mereka itu menjadi kian takut terhadap air. Mereka mengamati semenanjung Mesopotamia berangsur-angsur makin tenggelam ditelan samudra, dan meskipun sempat timbul beberapa kali, tradisi-tradisi dari ras-ras primitif ini bertumbuh seputar bahaya laut dan takut terhadap penenggelaman secara berkala. Dan rasa takut ini, yang dibarengi dengan pengalaman banjir sungai, menjadi alasan mengapa mereka mencari dataran tinggi sebagai tempat yang aman untuk hidup. |
|
64:3.3 (720.4) While the tribes of the north grew more and more to fear the ice, those living near the homeland of their origin became exceedingly fearful of the water. They observed the Mesopotamian peninsula gradually sinking into the ocean, and though it emerged several times, the traditions of these primitive races grew up around the dangers of the sea and the fear of periodic engulfment. And this fear, together with their experience with river floods, explains why they sought out the highlands as a safe place in which to live. |
64:3.4 (720.5) Di sebelah timur kaum Badonan, di perbukitan Siwalik di India Utara, dapat dijumpai fosil-fosil yang paling mendekati tipe transisi antara manusia dan aneka kelompok pra-manusia, daripada tempat lain di bumi. |
|
64:3.4 (720.5) To the east of the Badonan peoples, in the Siwalik Hills of northern India, may be found fossils that approach nearer to transition types between man and the various prehuman groups than any others on earth. |
64:3.5 (720.6) 850.000 tahun silam suku-suku Badonan yang superior itu mulai peperangan untuk memberantas suku-suku tetangga yang inferior dan sifatnya masih seperti hewan. Dalam tempo kurang dari seribu tahun sebagian besar kelompok-kelompok hewan di kawasan perbatasan ini telah dimusnahkan atau diusir mundur ke hutan selatan. Kampanye untuk pemberantasan suku-suku inferior itu menghasilkan sedikit perbaikan terhadap suku-suku perbukitan pada masa itu. Dan keturunan campuran dari stok Badonit yang diperbaiki tersebut muncul dalam pentas aksi sebagai bangsa yang sepertinya baru—ras Neandertal. |
|
64:3.5 (720.6) 850,000 years ago the superior Badonan tribes began a warfare of extermination directed against their inferior and animalistic neighbors. In less than one thousand years most of the borderland animal groups of these regions had been either destroyed or driven back to the southern forests. This campaign for the extermination of inferiors brought about a slight improvement in the hill tribes of that age. And the mixed descendants of this improved Badonite stock appeared on the stage of action as an apparently new people—the Neanderthal race. |
4. Ras-ras Neandertal ^top |
|
4. The Neanderthal Races ^top |
64:4.1 (720.7) Orang-orang Neandertal adalah petarung-petarung unggul, dan mereka berkelana kemana-mana. Bertahap mereka menyebar dari pusat-pusat dataran tinggi India barat laut, ke Perancis di barat, Cina di timur, dan bahkan ada yang ke Afrika utara. Mereka merajai dunia selama hampir setengah juta tahun hingga tiba masa migrasi ras-ras warna evolusioner. |
|
64:4.1 (720.7) The Neanderthalers were excellent fighters, and they traveled extensively. They gradually spread from the highland centers in northwest India to France on the west, China on the east, and even down into northern Africa. They dominated the world for almost half a million years until the times of the migration of the evolutionary races of color. |
64:4.2 (720.8) 800.000 tahun yang lampau hewan buruan sangat melimpah; banyak spesies rusa, demikian juga gajah dan kuda nil berkeliaran di seluruh Eropa. Sapi sangat banyak; kuda dan serigala ada di mana-mana. Orang Neandertal adalah pemburu-pemburu ulung; dan suku-suku di Perancis adalah yang pertama yang memakai praktek memberikan pada pemburu yang paling berhasil pilihan perempuan untuk dijadikan istri. |
|
64:4.2 (720.8) 800,000 years ago game was abundant; many species of deer, as well as elephants and hippopotamuses, roamed over Europe. Cattle were plentiful; horses and wolves were everywhere. The Neanderthalers were great hunters, and the tribes in France were the first to adopt the practice of giving the most successful hunters the choice of women for wives. |
64:4.3 (721.1) Rusa kutub sangat bermanfaat bagi kaum Neandertal ini, sebagai sumber makanan, pakaian, dan juga untuk perkakas, karena mereka membuat banyak penggunaan dari tanduk dan tulangnya. Mereka sedikit berbudaya, namun mereka sangat memperbaiki pekerjaan batu rijang (flint) sehingga hampir menyamai tingkatan di masa Andon. Batu rijang besar yang diikatkan ke gagang kayu kembali digunakan sebagai kampak dan tombak. |
|
64:4.3 (721.1) The reindeer was highly useful to these Neanderthal peoples, serving as food, clothing, and for tools, since they made various uses of the horns and bones. They had little culture, but they greatly improved the work in flint until it almost reached the levels of the days of Andon. Large flints attached to wooden handles came back into use and served as axes and picks. |
64:4.4 (721.2) 750.000 tahun silam lempeng es keempat sedang mengarah ke selatan. Dengan perbaikan peralatan mereka suku-suku Neandertal membuat lubang-lubang di es yang menutupi sungai-sungai utara sehingga mereka dapat menombak ikan-ikan yang muncul ke lubang tersebut. Suku-suku ini terus bergerak mundur menghadapi es yang maju, yang pada masa ini membuat serbuannya yang paling luas di Eropa. |
|
64:4.4 (721.2) 750,000 years ago the fourth ice sheet was well on its way south. With their improved implements the Neanderthalers made holes in the ice covering the northern rivers and thus were able to spear the fish which came up to these vents. Ever these tribes retreated before the advancing ice, which at this time made its most extensive invasion of Europe. |
64:4.5 (721.3) Di masa-masa inilah glasier Siberia sedang bergerak mencapai ujung paling selatannya, sehingga memaksa manusia purba pindah ke arah selatan, kembali ke arah tanah asal-usul mereka. Namun spesies manusia telah begitu berbeda demikian rupa sehingga jauh berkurang bahaya percampuran dengan kerabat monyetnya yang tidak berkembang itu. |
|
64:4.5 (721.3) In these times the Siberian glacier was making its southernmost march, compelling early man to move southward, back toward the lands of his origin. But the human species had so differentiated that the danger of further mingling with its nonprogressive simian relatives was greatly lessened. |
64:4.6 (721.4) 700.000 tahun yang lampau glasier keempat, yang terbesar di seluruh Eropa itu, sedang mundur; manusia dan satwa kembali ke utara. Iklimnya dingin dan lembap, dan manusia primitif berkembang pesat lagi di Eropa dan Asia barat. Lambat-laun hutan menyebar ke utara menutupi daratan yang belum lama berselang tertutup oleh lapisan es. |
|
64:4.6 (721.4) 700,000 years ago the fourth glacier, the greatest of all in Europe, was in recession; men and animals were returning north. The climate was cool and moist, and primitive man again thrived in Europe and western Asia. Gradually the forests spread north over land which had been so recently covered by the glacier. |
64:4.7 (721.5) Kehidupan mamalia tidak banyak diubah oleh glasier besar itu. Satwa-satwa ini tetap bertahan di sabuk lahan sempit yang terletak di antara es dan pegunungan Alpen, dan pada waktu glasier bergerak mundur, mereka kembali merebak ke seluruh Eropa. Datanglah dari Afrika, lewat jembatan darat Sisilia, gajah yang bergading lurus, badak yang bermoncong lebar, hyena and dan singa Afrika, jenis-jenis binatang baru ini hampir memusnahkan harimau yang bergigi pedang dan kuda nil. |
|
64:4.7 (721.5) Mammalian life had been little changed by the great glacier. These animals persisted in that narrow belt of land lying between the ice and the Alps and, upon the retreat of the glacier, again rapidly spread out over all Europe. There arrived from Africa, over the Sicilian land bridge, straight-tusked elephants, broad-nosed rhinoceroses, hyenas, and African lions, and these new animals virtually exterminated the saber-toothed tigers and the hippopotamuses. |
64:4.8 (721.6) 650.000 tahun lalu dunia menyaksikan kelanjutan dari iklim sedang. Pada pertengahan periode antar zaman es itu dunia sudah sedemikian hangat sehingga Alpen sudah hampir telanjang dari es dan salju. |
|
64:4.8 (721.6) 650,000 years ago witnessed the continuation of the mild climate. By the middle of the interglacial period it had become so warm that the Alps were almost denuded of ice and snow. |
64:4.9 (721.7) 600.000 tahun silam es telah mundur hingga ke titik utara yang terjauh dan, setelah rehat selama beberapa ribu tahun, kembali merambat ke selatan lagi pada perjalanan kelimanya. Namun iklim tidak banyak mengalami perubahan selama 50.000 tahun berikutnya. Manusia dan hewan-hewan di Eropa sedikit mengalami perubahan. Kondisi agak gersang dari periode sebelumnya lebih berkurang, dan glasier yang turun dari Alpen meluncur jauh ke lembah-lembah aliran sungai. |
|
64:4.9 (721.7) 600,000 years ago the ice had reached its then northernmost point of retreat and, after a pause of a few thousand years, started south again on its fifth excursion. But there was little modification of climate for fifty thousand years. Man and the animals of Europe were little changed. The slight aridity of the former period lessened, and the alpine glaciers descended far down the river valleys. |
64:4.10 (721.8) 550.000 tahun yang lalu glasier yang beranjak maju kembali mendesak manusia dan hewan ke selatan. Namun kali ini manusia mempunyai banyak ruang gerak di sabuk daratan lebar yang membentang ke timur laut ke Asia, dan terletak antara lempeng es dan Laut Hitam yang saat itu sangat lebar dan merupakan perluasan Laut Mediteranea. |
|
64:4.10 (721.8) 550,000 years ago the advancing glacier again pushed man and the animals south. But this time man had plenty of room in the wide belt of land stretching northeast into Asia and lying between the ice sheet and the then greatly expanded Black Sea extension of the Mediterranean. |
64:4.11 (721.9) Glasier keempat dan kelima menjadi saksi penyebaran lebih lanjut kebudayaan kasar ras Neandertal. Namun kemajuan yang mereka raih begitu sedikit sehingga benar-benar tampak sepertinya upaya untuk menghasilkan tipe kehidupan cerdas yang baru dan berubah di Urantia itu hanya akan berujung kegagalan. Selama hampir seperempat juta tahun kelompok manusia primitif ini terus bergeser, berburu dan bertarung, sebentar-sebentar meningkat dalam jurusan tertentu, namun secara keseluruhan terus menerus mundur jika dibandingkan dengan leluhur Andonik mereka yang unggul. |
|
64:4.11 (721.9) These times of the fourth and fifth glaciers witnessed the further spread of the crude culture of the Neanderthal races. But there was so little progress that it truly appeared as though the attempt to produce a new and modified type of intelligent life on Urantia was about to fail. For almost a quarter of a million years these primitive peoples drifted on, hunting and fighting, by spells improving in certain directions, but, on the whole, steadily retrogressing as compared with their superior Andonic ancestors. |
64:4.12 (721.10) Selama masa-masa yang gelap secara rohani ini budaya umat manusia yang takhyul mencapai titik terendahnya. Orang-orang Neandertal sesungguhnya tidak mempunyai agama melampaui suatu takhyul yang memalukan. Mereka takut setengah mati terhadap awan, lebih khususnya kabut yang tipis dan yang tebal. Suatu agama primitif yang takut terhadap kekuatan-kekuatan alam perlahan-lahan berkembang, sementara penyembahan hewan terus menurun karena perbaikan peralatan, dan banyaknya hewan buruan, memungkinkan mereka tidak terlalu cemas soal makan; imbalan seks terhadap perburuan cenderung sangat meningkatkan keterampilan berburu. Agama takut yang baru ini menjurus pada upaya untuk menenangkan kekuatan-kekuatan gaib di belakang unsur-unsur alam ini, dan memuncak, belakangan, pada pengorbanan manusia untuk meredakan amarah kekuatan-kekuatan fisik yang tidak kelihatan dan tidak diketahui ini. Praktek pengorbanan manusia yang mengerikan ini telah dilestarikan oleh bangsa-bangsa yang terbelakang di Urantia bahkan hingga abad kedua puluh. |
|
64:4.12 (721.10) During these spiritually dark ages the culture of superstitious mankind reached its lowest levels. The Neanderthalers really had no religion beyond a shameful superstition. They were deathly afraid of clouds, more especially of mists and fogs. A primitive religion of the fear of natural forces gradually developed, while animal worship declined as improvement in tools, with abundance of game, enabled these people to live with lessened anxiety about food; the sex rewards of the chase tended greatly to improve hunting skill. This new religion of fear led to attempts to placate the invisible forces behind these natural elements and culminated, later on, in the sacrificing of humans to appease these invisible and unknown physical forces. And this terrible practice of human sacrifice has been perpetuated by the more backward peoples of Urantia right on down to the twentieth century. |
64:4.13 (722.1) Bangsa Neandertal awal ini sulit disebut sebagai bangsa penyembah matahari. Mereka sebaliknya hidup takut terhadap kegelapan; mereka gentar jika malam tiba. Selama bulan masih sedikit bersinar, mereka berupaya untuk hidup biasa, namun dalam gelapnya bulan mereka menjadi panik dan mulai mengorbankan spesimen-spesimen mereka yang terbaik, laki-laki atau perempuan, sebagai upaya untuk memohon rembulan agar kembali bersinar. Tentang matahari, mereka pelajari sejak awal bahwa matahari akan selalu kembali bersinar, namun mereka menduga bahwa bulan hanya akan kembali karena mereka mengorbankan sesama anggota suku mereka. Seiring dengan kemajuan ras, objek dan tujuan pengorbanan berubah makin maju, namun persembahan korban manusia sebagai bagian dari upacara keagamaan masih lama bertahan. |
|
64:4.13 (722.1) These early Neanderthalers could hardly be called sun worshipers. They rather lived in fear of the dark; they had a mortal dread of nightfall. As long as the moon shone a little, they managed to get along, but in the dark of the moon they grew panicky and began the sacrifice of their best specimens of manhood and womanhood in an effort to induce the moon again to shine. The sun, they early learned, would regularly return, but the moon they conjectured only returned because they sacrificed their fellow tribesmen. As the race advanced, the object and purpose of sacrifice progressively changed, but the offering of human sacrifice as a part of religious ceremonial long persisted. |
5. Asal Mula Ras-ras Berwarna ^top |
|
5. Origin of the Colored Races ^top |
64:5.1 (722.2) 500.000 tahun yang lalu suku-suku Badonan di dataran tinggi India barat-laut kembali terlibat dalam satu lagi pertarungan ras yang besar. Selama lebih dari seratus tahun peperangan tanpa henti ini terus berkecamuk, dan ketika pertikaian panjang itu berakhir, hanya sekitar seratus keluarga yang masih tersisa. Namun mereka yang selamat ini adalah yang paling cerdas dan berharga dari seluruh keturunan Andon dan Fonta yang masih hidup. |
|
64:5.1 (722.2) 500,000 years ago the Badonan tribes of the northwestern highlands of India became involved in another great racial struggle. For more than one hundred years this relentless warfare raged, and when the long fight was finished, only about one hundred families were left. But these survivors were the most intelligent and desirable of all the then living descendants of Andon and Fonta. |
64:5.2 (722.3) Maka, di kalangan suku-suku Badonit dataran tinggi inilah terjadi suatu peristiwa yang baru dan ganjil. Sepasang laki-laki dan perempuan yang tinggal di kawasan timur laut dari dataran tinggi yang saat itu dihuni secara mendadak menghasilkan suatu keluarga anak-anak yang luar biasa cerdas. Inilah keluarga Sangik, leluhur semua enam ras warna di Urantia. |
|
64:5.2 (722.3) And now, among these highland Badonites there was a new and strange occurrence. A man and woman living in the northeastern part of the then inhabited highland region began suddenly to produce a family of unusually intelligent children. This was the Sangik family, the ancestors of all of the six colored races of Urantia. |
64:5.3 (722.4) Anak-anak Sangik ini, yang semuanya ada sembilan belas orang, tidak hanya cerdas melampaui sesama mereka, tetapi kulit mereka menampilkan kecenderungan yang unik yaitu berubah menjadi suatu warna tertentu ketika terpapar cahaya matahari. Dari sembilan belas anak ini lima orang berkulit merah, dua oranye, empat kuning, dua hijau, empat biru dan dua indigo (nila). Warna-warna kulit ini makin kentara saat anak-anak itu bertambah usia, dan ketika muda-mudi ini kemudian kawin dengan sesama anggota suku mereka, semua keturunan mereka cenderung ke arah warna kulit dari orang tua Sangik. |
|
64:5.3 (722.4) These Sangik children, nineteen in number, were not only intelligent above their fellows, but their skins manifested a unique tendency to turn various colors upon exposure to sunlight. Among these nineteen children were five red, two orange, four yellow, two green, four blue, and two indigo. These colors became more pronounced as the children grew older, and when these youths later mated with their fellow tribesmen, all of their offspring tended toward the skin color of the Sangik parent. |
64:5.4 (722.5) Sekarang aku menyela narasi kronologis, setelah menujukan perhatian pada kedatangan Pangeran Planet sekitar pada masa-masa itu, sementara kita secara terpisah membahas tentang enam ras Sangik Urantia. |
|
64:5.4 (722.5) And now I interrupt the chronological narrative, after calling attention to the arrival of the Planetary Prince at about this time, while we separately consider the six Sangik races of Urantia. |
6. Enam Ras Sangik Urantia ^top |
|
6. The Six Sangik Races of Urantia ^top |
64:6.1 (722.6) Pada suatu planet evolusi yang rata-rata, enam ras warna evolusioner itu muncul satu demi satu; bangsa merah adalah yang pertama berkembang, dan selama berabad-abad mereka menjelajah dunia sebelum ras-rasa warna berturut-turut berikutnya muncul. Kemunculan semua enam ras warna secara serempak, dan dalam satu keluarga, adalah paling tidak biasa. |
|
64:6.1 (722.6) On an average evolutionary planet the six evolutionary races of color appear one by one; the red man is the first to evolve, and for ages he roams the world before the succeeding colored races make their appearance. The simultaneous emergence of all six races on Urantia, and in one family, was most unusual. |
64:6.2 (723.1) Kemunculan suku-suku Andonit yang sebelumnya di Urantia juga merupakan sesuatu yang baru di Satania. Tidak pernah ada dunia manapun di sistem lokal, yang memiliki ras makhluk yang memiliki kehendak yang berkembang mendahului ras-ras warna evolusioner. |
|
64:6.2 (723.1) The appearance of the earlier Andonites on Urantia was also something new in Satania. On no other world in the local system has such a race of will creatures evolved in advance of the evolutionary races of color. |
64:6.3 (723.2) 1. Manusia merah. Orang-orang ini adalah spesimen ras manusia yang luar biasa, yang dalam banyak hal lebih unggul dibandingkan Andon dan Fonta. Mereka adalah kelompok manusia yang paling cerdas dan merupakan anak-anak Sangik pertama yang mengembangkan peradaban dan pemerintahan kesukuan. Mereka selalu monogami; bahkan keturunan campuran mereka jarang melakukan kawin majemuk. |
|
64:6.3 (723.2) 1. The red man. These peoples were remarkable specimens of the human race, in many ways superior to Andon and Fonta. They were a most intelligent group and were the first of the Sangik children to develop a tribal civilization and government. They were always monogamous; even their mixed descendants seldom practiced plural mating. |
64:6.4 (723.3) Di masa kemudian mereka menghadapi permasalahan yang serius dan berkepanjangan dengan saudara kuning mereka di Asia. Mereka terbantu oleh penemuan awal busur dan anak panah, namun sayangnya mereka mewarisi banyak kecenderungan leluhur mereka yang suka bertempur antar mereka sendiri, dan hal ini begitu melemahkan mereka sehingga suku-suku kuning mampu mengusir mereka keluar dari benua Asia. |
|
64:6.4 (723.3) In later times they had serious and prolonged trouble with their yellow brethren in Asia. They were aided by their early invention of the bow and arrow, but they had unfortunately inherited much of the tendency of their ancestors to fight among themselves, and this so weakened them that the yellow tribes were able to drive them off the Asiatic continent. |
64:6.5 (723.4) Sekitar 85.000 tahun silam sisa-sisa keturunan ras merah yang masih relatif murni hijrah menyeberang secara massal ke Amerika Utara, dan tidak lama kemudian tanah genting Bering tenggelam, sehingga mengisolir mereka. Tidak ada lagi orang merah yang pulang ke Asia. Namun di seluruh Siberia, Cina, Asia tengah, India dan Eropa mereka meninggalkan banyak darah mereka bercampur dengan ras-ras berwarna lainnya. |
|
64:6.5 (723.4) About eighty-five thousand years ago the comparatively pure remnants of the red race went en masse across to North America, and shortly thereafter the Bering land isthmus sank, thus isolating them. No red man ever returned to Asia. But throughout Siberia, China, central Asia, India, and Europe they left behind much of their stock blended with the other colored races. |
64:6.6 (723.5) Ketika bangsa merah menyeberang ke Amerika, mereka membawa banyak ajaran dan tradisi dari asal mula mereka. Leluhur langsung mereka telah terlibat dalam kegiatan-kegiatan berikutnya dari markas dunia Pangeran Planet. Namun dalam waktu pendek setelah mencapai benua Amerika, bangsa merah mulai melupakan ajaran-ajaran ini, sehingga terjadilah penurunan tajam dalam kebudayaan intelektual dan spiritual mereka. Tidak lama kemudian bangsa ini kembali bertarung antar mereka begitu sengit sehingga tampaknya bahwa perang-perang suku ini segera berakibat punahnya segera sisa-sisa ras merah yang relatif murni ini. |
|
64:6.6 (723.5) When the red man crossed over into America, he brought along much of the teachings and traditions of his early origin. His immediate ancestors had been in touch with the later activities of the world headquarters of the Planetary Prince. But in a short time after reaching the Americas, the red men began to lose sight of these teachings, and there occurred a great decline in intellectual and spiritual culture. Very soon these people again fell to fighting so fiercely among themselves that it appeared that these tribal wars would result in the speedy extinction of this remnant of the comparatively pure red race. |
64:6.7 (723.6) Karena kemunduran besar inilah maka manusia merah terkesan ditakdirkan akan musnah, namun enam puluh lima ribu tahun silam, muncullah Onamonalonton, pemimpin sekaligus pembebas rohani mereka. Untuk sementara waktu ia menghadirkan kedamaian di kalangan bangsa merah Amerika dan menghidupkan kembali ibadah mereka pada “Roh Agung.” Onamonalonton hidup hingga mencapai usia 96 tahun dan menempatkan markasnya di antara pepohonan redwood raksasa di California. Banyak keturunannya yang masih bertahan hingga sekarang di kalangan Indian Blackfoot. |
|
64:6.7 (723.6) Because of this great retrogression the red men seemed doomed when, about sixty-five thousand years ago, Onamonalonton appeared as their leader and spiritual deliverer. He brought temporary peace among the American red men and revived their worship of the “Great Spirit.” Onamonalonton lived to be ninety-six years of age and maintained his headquarters among the great redwood trees of California. Many of his later descendants have come down to modern times among the Blackfoot Indians. |
64:6.8 (723.7) Waktu berlalu, pengajaran Onamonalonton menjadi tradisi yang kian kabur. Perang saudara kembali berkecamuk, dan tidak ada lagi pemimpin lain setelah sang guru agung ini yang berhasil membawa perdamaian menyeluruh di antara mereka. Semakin banyak galur yang lebih cerdas binasa akibat pertarungan suku ini; seandainya tidak maka peradaban besar tentulah telah dibangun di benua Amerika Utara oleh bangsa merah yang cakap dan cerdas ini. |
|
64:6.8 (723.7) As time passed, the teachings of Onamonalonton became hazy traditions. Internecine wars were resumed, and never after the days of this great teacher did another leader succeed in bringing universal peace among them. Increasingly the more intelligent strains perished in these tribal struggles; otherwise a great civilization would have been built upon the North American continent by these able and intelligent red men. |
64:6.9 (723.8) Setelah menyeberang dari Cina ke Amerika Utara, manusia merah yang di utara tidak pernah lagi bersentuhan dengan pengaruh dari dunia luar (kecuali bangsa Eskimo) hingga kemudian mereka ditemukan oleh orang kulit putih. Sangatlah tidak beruntung bahwa orang kulit merah hampir sepenuhnya kehilangan kesempatan dimuliakan oleh kawin campur dengan stok bangsa Adam kemudian. Demikianlah, orang kulit merah tidak dapat memerintah orang kulit putih, dan merekapun tidak sudi mengabdi kepada yang berkulit putih. Maka dalam hal seperti itu, jika kedua ras itu tidak melebur, salah satunya akan musnah. |
|
64:6.9 (723.8) After crossing over to America from China, the northern red man never again came in contact with other world influences (except the Eskimo) until he was later discovered by the white man. It was most unfortunate that the red man almost completely missed his opportunity of being upstepped by the admixture of the later Adamic stock. As it was, the red man could not rule the white man, and he would not willingly serve him. In such a circumstance, if the two races do not blend, one or the other is doomed. |
64:6.10 (723.9) 2. Manusia oranye. Ciri yang paling menonjol dari ras yang satu ini adalah dorongan khas mereka untuk membangun, membangun semua dan segala sesuatu, bahkan termasuk menumpuk timbunan besar batu hanya untuk melihat suku mana yang dapat membangun gundukan terbesar. Meskipun mereka bukanlah bangsa yang progresif, mereka banyak memperoleh manfaat dari sekolah-sekolah Pangeran dan mengirim delegasi-delegasi ke sana untuk belajar. |
|
64:6.10 (723.9) 2. The orange man. The outstanding characteristic of this race was their peculiar urge to build, to build anything and everything, even to the piling up of vast mounds of stone just to see which tribe could build the largest mound. Though they were not a progressive people, they profited much from the schools of the Prince and sent delegates there for instruction. |
64:6.11 (724.1) Ras oranye adalah ras pertama yang menyusuri garis pantai ke selatan, menuju benua Afrika ketika Laut Mediteranea surut ke barat. Namun mereka tidak pernah mendapat tempat berpijak yang menguntungkan di Afrika dan keberadaan mereka disapu bersih oleh ras hijau yang datang menyusul. |
|
64:6.11 (724.1) The orange race was the first to follow the coast line southward toward Africa as the Mediterranean Sea withdrew to the west. But they never secured a favorable footing in Africa and were wiped out of existence by the later arriving green race. |
64:6.12 (724.2) Sebelum akhir mereka tiba, bangsa ini telah kehilangan sebagian besar dasar budaya dan rohani. Namun mereka sempat mengalami kebangkitan besar untuk hidup yang lebih tinggi sebagai hasil dari kepemimpinan Porshunta yang bijak, otak cemerlang ras yang malang ini, yang melayani mereka ketika markas ras mereka ada di Armagedon sekitar tiga ratus ribu tahun silam. |
|
64:6.12 (724.2) Before the end came, this people lost much cultural and spiritual ground. But there was a great revival of higher living as a result of the wise leadership of Porshunta, the master mind of this unfortunate race, who ministered to them when their headquarters was at Armageddon some three hundred thousand years ago. |
64:6.13 (724.3) Pertikaian besar pamungkas antara bangsa oranye dan hijau terjadi di kawasan lembah Nil bagian bawah di Mesir. Peperangan yang terus berkepanjangan ini memakan waktu hampir seratus tahun, dan pada akhirnya sangat sedikit ras oranye yang masih hidup. Sisa-sisa ras oranye yang berantakan ini diserap oleh ras hijau maupun oleh ras nila yang datang belakangan. Sebagai suatu ras, manusia oranye telah punah sekitar seratus ribu tahun yang lalu. |
|
64:6.13 (724.3) The last great struggle between the orange and the green men occurred in the region of the lower Nile valley in Egypt. This long-drawn-out battle was waged for almost one hundred years, and at its close very few of the orange race were left alive. The shattered remnants of these people were absorbed by the green and by the later arriving indigo men. But as a race the orange man ceased to exist about one hundred thousand years ago. |
64:6.14 (724.4) 3. Manusia kuning. Suku-suku kuning primitif adalah manusia pertama yang meninggalkan perburuan, dengan mendirikan komunitas-komunitas yang menetap, dan mengembangkan kehidupan keluarga yang didasarkan pada pertanian. Secara intelektual mereka masih agak inferior ketimbang manusia merah, namun secara sosial dan kolektif mereka terbukti lebih unggul dari semua bangsa Sangik lainnya dalam urusan memupuk peradaban kebangsaan. Oleh karena mereka mengembangkan semangat persaudaraan, berbagai suku kuning ini belajar untuk hidup bersama dalam suasana relatif damai; mereka mampu menghalau ras merah sementara mereka berangsur-angsur meluas ke Asia. |
|
64:6.14 (724.4) 3. The yellow man. The primitive yellow tribes were the first to abandon the chase, establish settled communities, and develop a home life based on agriculture. Intellectually they were somewhat inferior to the red man, but socially and collectively they proved themselves superior to all of the Sangik peoples in the matter of fostering racial civilization. Because they developed a fraternal spirit, the various tribes learning to live together in relative peace, they were able to drive the red race before them as they gradually expanded into Asia. |
64:6.15 (724.5) Mereka berkelana jauh dari pengaruh markas pusat rohani dunia dan hanyut ke dalam kegelapan besar menyusul peristiwa pengkhianatan Kaligastia; namun terjadilah satu zaman cemerlang ketika Singlangton, kira-kira seratus ribu tahun silam, memegang tampuk kepemimpinan suku-suku ini dan menyerukan penyembahan “Kebenaran yang Esa.” |
|
64:6.15 (724.5) They traveled far from the influences of the spiritual headquarters of the world and drifted into great darkness following the Caligastia apostasy; but there occurred one brilliant age among this people when Singlangton, about one hundred thousand years ago, assumed the leadership of these tribes and proclaimed the worship of the “One Truth.” |
64:6.16 (724.6) Bertahan hidupnya secara relatif sejumlah besar ras kuning itu adalah karena perdamaian antar suku mereka. Sejak zaman Singlangton hingga masa Cina modern, ras kuning telah terbilang sebagai salah satu yang paling damai dari antara bangsa-bangsa Urantia. Ras ini menerima warisan yang sedikit namun kuat dari hasil percampuran darah dengan stok Adamik yang datang belakangan. |
|
64:6.16 (724.6) The survival of comparatively large numbers of the yellow race is due to their intertribal peacefulness. From the days of Singlangton to the times of modern China, the yellow race has been numbered among the more peaceful of the nations of Urantia. This race received a small but potent legacy of the later imported Adamic stock. |
64:6.17 (724.7) 4. Manusia hijau. Ras hijau adalah salah satu dari kelompok manusia primitif yang kurang cakap, dan mereka amat diperlemah akibat migrasi luas berpencar ke berbagai arah. Sebelum penyebaran mereka, suku-suku ini sempat mengenyam kebangkitan budaya akbar di bawah kepemimpinan Fantad, sekitar tiga ratus lima puluh ribu tahun yang lalu. |
|
64:6.17 (724.7) 4. The green man. The green race was one of the less able groups of primitive men, and they were greatly weakened by extensive migrations in different directions. Before their dispersion these tribes experienced a great revival of culture under the leadership of Fantad, some three hundred and fifty thousand years ago. |
64:6.18 (724.8) Ras hijau terbagi dalam tiga kelompok besar: Suku-suku sebelah utara ditundukkan, diperbudak, dan diserap oleh ras kuning dan biru. Kelompok timur bercampur darah dengan orang-orang India di masa itu, dan sisa-sisanya masih dijumpai di antara mereka. Bangsa selatan memasuki ke Afrika, di mana mereka memusnahkan sepupu mereka yang kurang lebih sama inferiornya, yaitu ras oranye. |
|
64:6.18 (724.8) The green race split into three major divisions: The northern tribes were subdued, enslaved, and absorbed by the yellow and blue races. The eastern group were amalgamated with the Indian peoples of those days, and remnants still persist among them. The southern nation entered Africa, where they destroyed their almost equally inferior orange cousins. |
64:6.19 (724.9) Dalam banyak hal kedua kelompok itu sama kuat dalam pertarungan ini karena sama-sama membawa trah-trah bakat raksasa, banyak pemimpin mereka yang berukuran tinggi tubuh 2,4 hingga 2,7 meter. Galur-galur raksasa di kalangan ras hijau ini sebagian besar terbatas pada kelompok selatan atau bangsa Mesir ini. |
|
64:6.19 (724.9) In many ways both groups were evenly matched in this struggle since each carried strains of the giant order, many of their leaders being eight and nine feet in height. These giant strains of the green man were mostly confined to this southern or Egyptian nation. |
64:6.20 (725.1) Sisa-sisa manusia kulit hijau yang menang di Mesir ini pada perkembangannya kemudian diserap oleh ras nila, yaitu ras manusia berwarna terakhir yang berkembang dan bermigrasi dari pusat mula-mula penyebaran ras Sangik. |
|
64:6.20 (725.1) The remnants of the victorious green men were subsequently absorbed by the indigo race, the last of the colored peoples to develop and emigrate from the original Sangik center of race dispersion. |
64:6.21 (725.2) 5. Manusia biru. Manusia biru adalah bangsa yang besar. Mereka sejak awal menemukan tombak dan kemudian meletakkan dasar-dasar banyak seni peradaban modern. Manusia biru memiliki kemampuan otaknya ras merah bersama dengan jiwa dan sentimen perasaan manusia kuning. Para keturunan Adam lebih memilih mereka ketimbang semua ras-ras berwarna lainnya yang masih bertahan. |
|
64:6.21 (725.2) 5. The blue man. The blue men were a great people. They early invented the spear and subsequently worked out the rudiments of many of the arts of modern civilization. The blue man had the brain power of the red man associated with the soul and sentiment of the yellow man. The Adamic descendants preferred them to all of the later persisting colored races. |
64:6.22 (725.3) Manusia biru yang mula-mula menanggapi bujukan-bujukan dari para pengajar stafnya Pangeran Kaligastia, dan terjerumus dalam kebingungan besar akibat ajaran-ajaran yang kemudian menyeleweng dari para para pemimpin pengkhianat itu. Seperti ras-ras primitif lainnya, mereka tidak pernah bisa pulih benar dari kekacauan yang ditimbulkan oleh pengkhianatan Kaligastia, dan mereka juga tidak pernah sepenuhnya dapat mengalahkan kecenderungan untuk saling bertarung antar mereka sendiri. |
|
64:6.22 (725.3) The early blue men were responsive to the persuasions of the teachers of Prince Caligastia’s staff and were thrown into great confusion by the subsequent perverted teachings of those traitorous leaders. Like other primitive races they never fully recovered from the turmoil produced by the Caligastia betrayal, nor did they ever completely overcome their tendency to fight among themselves. |
64:6.23 (725.4) Selama kurang lebih 500 tahun setelah kejatuhan Kaligastia terjadilah suatu kebangkitan luas untuk pembelajaran dan agama, walaupun jenis kebangkitan primitif, namun cukup nyata dan bermanfaat. Orlandof menjadi guru agung di kalangan ras biru dan memimpin banyak dari suku-suku itu kembali kepada ibadah kepada Tuhan yang benar dengan nama “Pemimpin Tertinggi.” Inilah kemajuan terbesar manusia biru sebelum datangnya masa selanjutnya ketika ras tersebut begitu ditingkatkan oleh percampuran darah dengan stok Adamik. |
|
64:6.23 (725.4) About five hundred years after Caligastia’s downfall a widespread revival of learning and religion of a primitive sort—but none the less real and beneficial—occurred. Orlandof became a great teacher among the blue race and led many of the tribes back to the worship of the true God under the name of the “Supreme Chief.” This was the greatest advance of the blue man until those later times when this race was so greatly upstepped by the admixture of the Adamic stock. |
64:6.24 (725.5) Riset-riset dan eksplorasi Zaman Batu Tua di Eropa sebagian besar berkaitan dengan penggalian peralatan, tulang-belulang dan seni kerajinan dari bangsa biru purba ini, karena mereka bertahan di Eropa sampai zaman belakangan ini. Apa yang disebut sebagai ras kulit putih di Urantia sebenarnya adalah keturunan dari manusia biru ini sementara mereka pertama dimodifikasi oleh sedikit campuran dengan kuning dan merah, dan ketika kemudian mereka sangat ditingkatkan oleh penyerapan sebagian terbesar ras ungu. |
|
64:6.24 (725.5) The European researches and explorations of the Old Stone Age have largely to do with unearthing the tools, bones, and artcraft of these ancient blue men, for they persisted in Europe until recent times. The so-called white races of Urantia are the descendants of these blue men as they were first modified by slight mixture with yellow and red, and as they were later greatly upstepped by assimilating the greater portion of the violet race. |
64:6.25 (725.6) 6. Manusia nila. Kalau manusia merah adalah ras yang paling maju dari semua bangsa-bangsa Sangik, maka manusia berkulit hitam adalah yang paling kurang progresif. Mereka adalah yang terakhir bermigrasi dari rumah dataran tinggi mereka. Mereka berkelana ke Afrika, menaklukkan benua tersebut, dan sejak saat itu tinggal di sana kecuali kalau mereka dengan paksa dibawa pergi, dari zaman ke zaman, sebagai budak. |
|
64:6.25 (725.6) 6. The indigo race. As the red men were the most advanced of all the Sangik peoples, so the black men were the least progressive. They were the last to migrate from their highland homes. They journeyed to Africa, taking possession of the continent, and have ever since remained there except when they have been forcibly taken away, from age to age, as slaves. |
64:6.26 (725.7) Karena terisolasi di Afrika dan seperti halnya ras merah, bangsa-bangsa nila menerima sedikit atau tanpa peningkatan ras yang akan diperoleh dari suntikan stok Adamik. Sendirian di Afrika, ras nila membuat sedikit kemajuan hingga tiba hari-harinya Orvonon, ketika mereka mengalami kebangkitan rohani yang besar. Walaupun mereka belakangan hampir sepenuhnya melupakan “Dewa segala Dewata” yang dikumandangkan Orvonon, namun mereka tidak sepenuhnya kehilangan hasrat untuk menyembah Yang Tidak Dikenal; setidaknya mereka mempertahankan sejenis ibadah hingga beberapa ribu tahun silam. |
|
64:6.26 (725.7) Isolated in Africa, the indigo peoples, like the red man, received little or none of the race elevation which would have been derived from the infusion of the Adamic stock. Alone in Africa, the indigo race made little advancement until the days of Orvonon, when they experienced a great spiritual awakening. While they later almost entirely forgot the “God of Gods” proclaimed by Orvonon, they did not entirely lose the desire to worship the Unknown; at least they maintained a form of worship up to a few thousand years ago. |
64:6.27 (725.8) Walaupun keterbelakangan mereka, kaum nila ini mempunyai kedudukan yang persis sama seperti ras-ras bumi lainnya di hadapan para penguasa selestial. |
|
64:6.27 (725.8) Notwithstanding their backwardness, these indigo peoples have exactly the same standing before the celestial powers as any other earthly race. |
64:6.28 (725.9) Zaman-zaman ini adalah zaman pertikaian sengit antara berbagai ras, namun dekat dengan markas Pangeran Planet, kelompok yang lebih tercerahkan dan lebih terdidik hidup bersama relatif harmonis, meskipun belum tercapai penaklukan besar atas budaya ras-ras dunia sampai pada waktu kehancuran serius pemerintahan ini oleh pecahnya pemberontakan Lucifer. |
|
64:6.28 (725.9) These were ages of intense struggles between the various races, but near the headquarters of the Planetary Prince the more enlightened and more recently taught groups lived together in comparative harmony, though no great cultural conquest of the world races had been achieved up to the time of the serious disruption of this regime by the outbreak of the Lucifer rebellion. |
64:6.29 (726.1) Dari masa ke masa semua bangsa-bangsa yang berlainan ini mengalami kebangkitan budaya dan rohani. Mansant adalah seorang guru besar dari masa pasca Pangeran Planet. Namun yang disebutkan hanyalah pemimpin dan guru terkemuka yang secara mencolok mempengaruhi dan menginspirasi seluruh ras. Dengan berlalunya waktu, banyak pula guru-guru yang kurang terkenal juga tampil di berbagai wilayah; dan secara keseluruhan mereka banyak menyumbangkan pada jumlah total pengaruh penyelamatan yang mencegah keruntuhan total peradaban budaya, khususnya selama zaman panjang dan gelap antara pemberontakan Kaligastia dan kedatangan Adam. |
|
64:6.29 (726.1) From time to time all of these different peoples experienced cultural and spiritual revivals. Mansant was a great teacher of the post-Planetary Prince days. But mention is made only of those outstanding leaders and teachers who markedly influenced and inspired a whole race. With the passing of time, many lesser teachers arose in different regions; and in the aggregate they contributed much to the sum total of those saving influences which prevented the total collapse of cultural civilization, especially during the long and dark ages between the Caligastia rebellion and the arrival of Adam. |
64:6.30 (726.2) Ada banyak alasan yang baik dan cukup memadai untuk rancangan pengembangan tiga atau enam ras warna di dunia-dunia ruang angkasa. Meskipun manusia Urantia mungkin belum dalam posisi untuk sepenuhnya menghargai semua alasan-alasan ini, kami mengarahkan perhatian pada yang berikut ini: |
|
64:6.30 (726.2) There are many good and sufficient reasons for the plan of evolving either three or six colored races on the worlds of space. Though Urantia mortals may not be in a position fully to appreciate all of these reasons, we would call attention to the following: |
64:6.31 (726.3) 1. Keragaman itu amat pokok pada peluang untuk berfungsinya seleksi alam seluas-luasnya, perbedaan kemampuan bertahan hidup dari galur-galur unggul. |
|
64:6.31 (726.3) 1. Variety is indispensable to opportunity for the wide functioning of natural selection, differential survival of superior strains. |
64:6.32 (726.4) 2. Ras yang lebih kuat dan lebih baik akan diperoleh dari hasil kawin campur antar beragam jenis manusia, asalkan ras-ras tersebut adalah pembawa faktor-faktor pewarisan yang unggul. Ras-ras Urantia akan sangat diuntungkan oleh proses pencampuran rasial awal tersebut, dengan syarat bahwa bangsa campuran tersebut kemudian dimuliakan secara efektif melalui proses pembauran dengan stok Adamik yang unggul. Upaya untuk melaksanakan eksperimen tersebut di Urantia dalam kondisi rasial sekarang ini akan sangat membawa bencana. |
|
64:6.32 (726.4) 2. Stronger and better races are to be had from the interbreeding of diverse peoples when these different races are carriers of superior inheritance factors. And the Urantia races would have benefited by such an early amalgamation provided such a conjoint people could have been subsequently effectively upstepped by a thoroughgoing admixture with the superior Adamic stock. The attempt to execute such an experiment on Urantia under present racial conditions would be highly disastrous. |
64:6.33 (726.5) 3. Kompetisi itu dengan sehat dirangsang oleh diversifikasi ras. |
|
64:6.33 (726.5) 3. Competition is healthfully stimulated by diversification of races. |
64:6.34 (726.6) 4. Perbedaan dalam status ras-ras dan kelompok-kelompok di dalam setiap ras adalah penting sekali bagi pengembangan toleransi dan altruisme manusia. |
|
64:6.34 (726.6) 4. Differences in status of the races and of groups within each race are essential to the development of human tolerance and altruism. |
64:6.35 (726.7) 5. Keseragaman ras manusia itu tidak diinginkan kecuali kalau bangsa-bangsa di dunia yang berevolusi itu telah mencapai taraf perkembangan rohani yang relatif tinggi. |
|
64:6.35 (726.7) 5. Homogeneity of the human race is not desirable until the peoples of an evolving world attain comparatively high levels of spiritual development. |
7. Penyebaran Ras Warna ^top |
|
7. Dispersion of the Colored Races ^top |
64:7.1 (726.8) Ketika keturunan berwarna dari keluarga Sangik itu mulai berlipat ganda, dan ketika mereka mencoba kesempatan untuk perluasan ke wilayah yang berdekatan, glasier kelima, sebagai glasier ketiga jika dihitung dari sudut pandang geologis, sedang merambah maju ke selatan ke atas Eropa dan Asia. Ras-ras berwarna mula-mula ini secara luar biasa dihadapkan pada ujian dan kesulitan zaman es di tempat asal mereka. Lapisan es ini demikian luas di Asia sehingga selama ribuan tahun jalur migrasi ke Asia timur terputus. Baru pada masa mundurnya Laut Mediteranea yang kemudian, akibat dari pengangkatan Arabia, ras-ras manusia mampu mencapai Afrika. |
|
64:7.1 (726.8) When the colored descendants of the Sangik family began to multiply, and as they sought opportunity for expansion into adjacent territory, the fifth glacier, the third of geologic count, was well advanced on its southern drift over Europe and Asia. These early colored races were extraordinarily tested by the rigors and hardships of the glacial age of their origin. This glacier was so extensive in Asia that for thousands of years migration to eastern Asia was cut off. And not until the later retreat of the Mediterranean Sea, consequent upon the elevation of Arabia, was it possible for them to reach Africa. |
64:7.2 (726.9) Demikianlah selama hampir seratus ribu tahun tiga bangsa-bangsa Sangik ini memencar di seputar kaki-kaki perbukitan dan kurang lebih saling bercampur, walaupun di antara mereka ada sikap antipati yang khas namun alami, sikap yang sejak awal muncul dengan sendirinya antara ras-ras yang berbeda. |
|
64:7.2 (726.9) Thus it was that for almost one hundred thousand years these Sangik peoples spread out around the foothills and mingled together more or less, notwithstanding the peculiar but natural antipathy which early manifested itself between the different races. |
64:7.3 (726.10) Di antara masa-masa Pangeran Planet dan Adam, India menjadi rumah untuk populasi yang paling kosmopolitan yang pernah dijumpai di permukaan bumi. Namun sangat disayangkan bahwa campuran ini ternyata terlalu banyak mengandung ras hijau, oranye dan nila. Bangsa-bangsa Sangik sekunder ini mendapati hidup lebih nyaman dan menyenangkan di tanah selatan, dan banyak dari mereka yang kemudian hijrah ke Afrika. Bangsa-bangsa Sangik primer, atau ras-ras unggulan, menghindari daerah tropis; manusia merah pergi ke timur laut ke Asia, yang disusul secara rapat oleh manusia kuning, sementara ras biru bergerak ke arah barat laut memasuki Eropa. |
|
64:7.3 (726.10) Between the times of the Planetary Prince and Adam, India became the home of the most cosmopolitan population ever to be found on the face of the earth. But it was unfortunate that this mixture came to contain so much of the green, orange, and indigo races. These secondary Sangik peoples found existence more easy and agreeable in the southlands, and many of them subsequently migrated to Africa. The primary Sangik peoples, the superior races, avoided the tropics, the red man going northeast to Asia, closely followed by the yellow man, while the blue race moved northwest into Europe. |
64:7.4 (727.1) Manusia merah sejak awal mulai bermigrasi ke arah timur laut, membuntuti lempeng es yang sedang mundur, melintasi seputar dataran-dataran tinggi India dan menduduki seluruh Asia bagian timur laut. Mereka diikuti dari dekat oleh suku-suku kuning, yang belakangan mengusir mereka keluar dari Asia ke Amerika Utara. |
|
64:7.4 (727.1) The red men early began to migrate to the northeast, on the heels of the retreating ice, passing around the highlands of India and occupying all of northeastern Asia. They were closely followed by the yellow tribes, who subsequently drove them out of Asia into North America. |
64:7.5 (727.2) Ketika sisa-sisa ras manusia merah yang relatif garis murni itu meninggalkan Asia, ada sebelas suku, dan jumlah mereka hanya sedikit lebih dari tujuh ribu jiwa laki-laki, perempuan dan anak-anak. Suku-suku ini disertai oleh tiga kelompok kecil ras campuran, yang terbanyak dari tiga ini adalah kombinasi antara ras oranye dan biru. Tiga kelompok kecil tersebut tidak pernah bergaul sepenuhnya dengan bangsa merah dan lebih awal mereka pergi ke selatan, ke Meksiko dan Amerika Tengah, di mana mereka kemudian melebur dengan sekelompok kecil ras campuran dari kuning dan merah. Bangsa-bangsa ini semua saling kawin silang dan membentuk suatu ras baru dan campuran, ras yang jauh kurang menyukai peperangan daripada manusia merah trah murni. Dalam tempo lima ribu tahun ras leburan ini terpecah menjadi tiga kelompok, masing-masing mendirikan peradaban di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Kelompok cabang Amerika Selatan memang mendapat sentuhan lemah dari darah Adam. |
|
64:7.5 (727.2) When the relatively pure-line remnants of the red race forsook Asia, there were eleven tribes, and they numbered a little over seven thousand men, women, and children. These tribes were accompanied by three small groups of mixed ancestry, the largest of these being a combination of the orange and blue races. These three groups never fully fraternized with the red man and early journeyed southward to Mexico and Central America, where they were later joined by a small group of mixed yellows and reds. These peoples all intermarried and founded a new and amalgamated race, one which was much less warlike than the pure-line red men. Within five thousand years this amalgamated race broke up into three groups, establishing the civilizations respectively of Mexico, Central America, and South America. The South American offshoot did receive a faint touch of the blood of Adam. |
64:7.6 (727.3) Sampai taraf tertentu manusia merah dan kuning mula-mula itu bercampur di Asia, dan keturunan dari persekutuan ini berkelana terus ke arah timur dan ke sepanjang pantai selatan, dan pada akhirnya mereka diusir oleh ras kuning yang waktu itu bertambah pesat, menuju ke semenanjung-semenanjung dan pulau-pulau di laut terdekat. Mereka adalah bangsa kulit coklat saat ini. |
|
64:7.6 (727.3) To a certain extent the early red and yellow men mingled in Asia, and the offspring of this union journeyed on to the east and along the southern seacoast and, eventually, were driven by the rapidly increasing yellow race onto the peninsulas and near-by islands of the sea. They are the present-day brown men. |
64:7.7 (727.4) Ras kuning terus menempati wilayah-wilayah tengah di Asia Timur. Dari keenam ras berwarna merekalah yang berhasil bertahan dalam jumlah terbanyak. Walaupun manusia kuning sering satu-dua kali terlibat dalam perang kesukuan, mereka tidak terus-terusan melangsungkan perang pembinasaan tanpa henti dan tanpa putus seperti yang dilakukan ras merah, hijau dan oranye. Tiga ras ini nyaris memusnahkan diri mereka sendiri sebelum mereka akhirnya benar-benar tuntas dihabisi oleh musuh-musuh mereka dari ras lainnya. |
|
64:7.7 (727.4) The yellow race has continued to occupy the central regions of eastern Asia. Of all the six colored races they have survived in greatest numbers. While the yellow men now and then engaged in racial war, they did not carry on such incessant and relentless wars of extermination as were waged by the red, green, and orange men. These three races virtually destroyed themselves before they were finally all but annihilated by their enemies of other races. |
64:7.8 (727.5) Karena glasier kelima tidak terlalu merambah terlalu jauh ke selatan di Eropa, jalan sebagian terbuka bagi ras-ras Sangik ini untuk bermigrasi ke barat laut; dan pada waktu lempeng-lempeng es itu mundur, manusia biru, bersama dengan sejumlah kelompok kecil ras lainnya, pindah ke barat sepanjang lintasan-lintasan lama suku-suku Andon. Mereka menyerbu Eropa dalam beberapa kali gelombang berturut-turut, menduduki sebagian besar benua. |
|
64:7.8 (727.5) Since the fifth glacier did not extend so far south in Europe, the way was partially open for these Sangik peoples to migrate to the northwest; and upon the retreat of the ice the blue men, together with a few other small racial groups, migrated westward along the old trails of the Andon tribes. They invaded Europe in successive waves, occupying most of the continent. |
64:7.9 (727.6) Di Eropa mereka segera berjumpa dengan keturunan Neandertal, yang juga dari leluhur awal mereka yang sama, Andon. Orang Neandertal Eropa yang lebih tua ini telah tergusur ke selatan dan timur oleh lapisan es sehingga mereka dalam posisi segera berjumpa dan menyerap sepupu mereka suku-suku Sangik, yang sedang menyerbu itu. |
|
64:7.9 (727.6) In Europe they soon encountered the Neanderthal descendants of their early and common ancestor, Andon. These older European Neanderthalers had been driven south and east by the glacier and thus were in position quickly to encounter and absorb their invading cousins of the Sangik tribes. |
64:7.10 (727.7) Secara umum dan dapat dikatakan, suku-suku Sangik boleh lebih cerdas, dan dalam banyak hal jauh lebih unggul ketimbang keturunan para penghuni dataran rendah Andonik awal yang sedang merosot itu; maka percampuran darah antara suku-suku Sangik dengan orang Neandertal langsung memperbaiki ras yang lebih tua, ras Neandertal. Suntikan darah Sangik inilah, terutama darah manusia biru, yang menghasilkan peningkatan menyolok dalam bangsa-bangsa Neandertal, ditunjukkan oleh gelombang berturut-turut suku-suku yang kian cerdas, yang menyapu Eropa dari timur. |
|
64:7.10 (727.7) In general and to start with, the Sangik tribes were more intelligent than, and in most ways far superior to, the deteriorated descendants of the early Andonic plainsmen; and the mingling of these Sangik tribes with the Neanderthal peoples led to the immediate improvement of the older race. It was this infusion of Sangik blood, more especially that of the blue man, which produced that marked improvement in the Neanderthal peoples exhibited by the successive waves of increasingly intelligent tribes that swept over Europe from the east. |
64:7.11 (727.8) Selama periode antar zaman es berikutnya ras Neandertal jenis baru ini meluas dari Inggris hingga ke India. Sisa ras biru yang tertinggal di semenanjung Persia kuno belakangan melebur dengan beberapa ras tertentu lainnya, terutama ras kuning; dan hasil dari percampuran ini, yang kemudian agak ditingkatkan oleh ras ungu Adam, tetap lestari sebagai suku-suku nomadik Arab modern yang berkulit gelap. |
|
64:7.11 (727.8) During the following interglacial period this new Neanderthal race extended from England to India. The remnant of the blue race left in the old Persian peninsula later amalgamated with certain others, primarily the yellow; and the resultant blend, subsequently somewhat upstepped by the violet race of Adam, has persisted as the swarthy nomadic tribes of modern Arabs. |
64:7.12 (728.1) Setiap upaya untuk menelusur asal usul manusia modern dari leluhur Sangik haruslah mempertimbangkan perbaikan galur rasial oleh percampuran darah berikutnya dengan keturunan Adam. |
|
64:7.12 (728.1) All efforts to identify the Sangik ancestry of modern peoples must take into account the later improvement of the racial strains by the subsequent admixture of Adamic blood. |
64:7.13 (728.2) Ras-ras yang unggul mencari iklim utara atau sedang, sementara ras oranye, hijau dan nila berturut-turut cenderung tertarik ke Afrika, melewati daratan penghubung baru yang memisahkan Laut Mediteranea yang sedang surut ke barat, dari Samudra Hindia. |
|
64:7.13 (728.2) The superior races sought the northern or temperate climes, while the orange, green, and indigo races successively gravitated to Africa over the newly elevated land bridge which separated the westward retreating Mediterranean from the Indian Ocean. |
64:7.14 (728.3) Ras Sangik terakhir yang bermigrasi dari pusat asal asal usul ras mereka adalah manusia indigo atau nila. Sekitar pada waktu manusia hijau sedang melenyapkan ras oranye di Mesir, dan sekaligus memperlemah keberadaan mereka sendiri, hijrah besar-besaran manusia kulit hitam mulai bergerak ke selatan melalui Palestina sepanjang pantai; dan kemudian, ketika orang-orang nila yang fisiknya kuat ini membanjiri Mesir, mereka melenyapkan manusia hijau dengan kekuatan jumlah mereka yang banyak. Ras-ras nila ini menyerap ras oranye yang tersisa dan banyak dari stok manusia hijau, sehingga suku-suku nila tertentu amat meningkat berkat proses perpaduan rasial ini. |
|
64:7.14 (728.3) The last of the Sangik peoples to migrate from their center of race origin was the indigo man. About the time the green man was killing off the orange race in Egypt and greatly weakening himself in so doing, the great black exodus started south through Palestine along the coast; and later, when these physically strong indigo peoples overran Egypt, they wiped the green man out of existence by sheer force of numbers. These indigo races absorbed the remnants of the orange man and much of the stock of the green man, and certain of the indigo tribes were considerably improved by this racial amalgamation. |
64:7.15 (728.4) Demikianlah bahwa Mesir pada mulanya dikuasai oleh manusia oranye, lalu oleh ras hijau, dan diikuti ras nila; pada perkembangan selanjutnya Mesir diduduki oleh ras campuran antara manusia nila, biru dan hijau yang dimodifikasi. Namun jauh-jauh hari sebelum kedatangan Adam, manusia biru Eropa dan ras-ras campuran Arabia telah mengusir ras nila keluar dari Mesir jauh ke selatan di benua Afrika. |
|
64:7.15 (728.4) And so it appears that Egypt was first dominated by the orange man, then by the green, followed by the indigo (black) man, and still later by a mongrel race of indigo, blue, and modified green men. But long before Adam arrived, the blue men of Europe and the mixed races of Arabia had driven the indigo race out of Egypt and far south on the African continent. |
64:7.16 (728.5) Ketika migrasi suku-suku Sangik hampir berakhir, ras hijau dan oranye sudah tiada, manusia merah menduduki Amerika Utara, manusia kuning di Asia timur, manusia biru di Eropa, dan ras nila tertarik ke Afrika. India menjadi rumah bagi suatu paduan ras-ras Sangik sekunder, sedangkan manusia coklat, sebagai paduan antara manusia merah dan kuning, menduduki pulau-pulau di lepas pantai benua Asia. Suatu ras campuran yang mempunyai potensi agak unggul menempati wilayah dataran tinggi Amerika Selatan. Keturunan Andon yang lebih murni mendiami wilayah-wilayah Eropa paling utara dan di Iceland, Greenland dan timur laut Amerika Utara. |
|
64:7.16 (728.5) As the Sangik migrations draw to a close, the green and orange races are gone, the red man holds North America, the yellow man eastern Asia, the blue man Europe, and the indigo race has gravitated to Africa. India harbors a blend of the secondary Sangik races, and the brown man, a blend of the red and yellow, holds the islands off the Asiatic coast. An amalgamated race of rather superior potential occupies the highlands of South America. The purer Andonites live in the extreme northern regions of Europe and in Iceland, Greenland, and northeastern North America. |
64:7.17 (728.6) Selama periode-periode perambahan es terjauh, suku-suku Andon yang mendiami wilayah paling barat Eropa nyaris terdesak ke laut. Selama bertahun-tahun mereka bertahan di sebujur tanah sempit sebelah selatan di pulau Inggris sekarang. Maka adanya tradisi tentang terjadinya rambahan es berulang itulah yang mengusir mereka ke lautan ketika glasier yang keenam dan terakhir akhirnya muncul. Merekalah bangsa petualang samudra yang pertama. Mereka membangun kapal-kapal dan mulai berangkat mencari tanah-tanah baru yang mereka harapkan akan bebas dari serbuan es yang mengerikan. Beberapa dari mereka mencapai Iceland, yang lain tiba di Greenland, namun sebagian terbesar dari mereka binasa karena kelaparan dan kehausan di laut terbuka. |
|
64:7.17 (728.6) During the periods of farthest glacial advance the westernmost of the Andon tribes came very near being driven into the sea. They lived for years on a narrow southern strip of the present island of England. And it was the tradition of these repeated glacial advances that drove them to take to the sea when the sixth and last glacier finally appeared. They were the first marine adventurers. They built boats and started in search of new lands which they hoped might be free from the terrifying ice invasions. And some of them reached Iceland, others Greenland, but the vast majority perished from hunger and thirst on the open sea. |
64:7.18 (728.7) Sedikit lebih dari 80.000 tahun silam, sesaat setelah manusia merah memasuki kawasan barat laut Amerika Utara, pembekuan yang melanda laut-laut utara dan majunya lapangan es lokal di Greenland menggusur orang Eskimo keturunan dari aborijin Urantia ini untuk mencari tanah yang lebih baik, rumah yang baru; dan mereka berhasil, dengan selamat menyeberangi selat-selat sempit yang waktu itu memisahkan Greenland dari massa daratan Amerika Utara timur laut. Mereka mencapai benua itu sekitar dua puluh satu abad setelah manusia merah tiba di Alaska. Kemudian sejumlah stok campuran dari ras biru berkelana ke arah barat dan bercampur dengan bangsa Eskimo yang belakangan, dan penyatuan ini sedikit menguntungkan bagi suku-suku Eskimo.. |
|
64:7.18 (728.7) A little more than eighty thousand years ago, shortly after the red man entered northwestern North America, the freezing over of the north seas and the advance of local ice fields on Greenland drove these Eskimo descendants of the Urantia aborigines to seek a better land, a new home; and they were successful, safely crossing the narrow straits which then separated Greenland from the northeastern land masses of North America. They reached the continent about twenty-one hundred years after the red man arrived in Alaska. Subsequently some of the mixed stock of the blue man journeyed westward and amalgamated with the later-day Eskimos, and this union was slightly beneficial to the Eskimo tribes. |
64:7.19 (728.8) Sekitar lima ribu tahun yang lalu secara kebetulan terjadi perjumpaan antara suatu suku Indian dan sekelompok bangsa Eskimo yang sendirian di pantai tenggara Selat Hudson. Kedua suku ini kesulitan berkomunikasi satu-sama lain, namun tidak lama kemudian mereka saling kawin campur sehingga orang-orang Eskimo ini akhirnya diserap oleh manusia merah yang berjumlah lebih banyak. Inilah merupakan kontak satu-satunya yang pernah dialami manusia merah Amerika Utara dengan ras manusia lainnya hingga sekitar seribu tahun yang lalu, ketika orang kulit putih untuk pertama kalinya kebetulan mendarat di pantai Atlantik. |
|
64:7.19 (728.8) About five thousand years ago a chance meeting occurred between an Indian tribe and a lone Eskimo group on the southeastern shores of Hudson Bay. These two tribes found it difficult to communicate with each other, but very soon they intermarried with the result that these Eskimos were eventually absorbed by the more numerous red men. And this represents the only contact of the North American red man with any other human stock down to about one thousand years ago, when the white man first chanced to land on the Atlantic coast. |
64:7.20 (729.1) Perjuangan-perjuangan dari masa-masa purbakala ini ditandai oleh keperkasaan, keberanian, dan bahkan kepahlawanan. Dan kami semua menyayangkan bahwa banyak sifat yang bermutu dan tangguh dalam diri para leluhur purbamu itu telah hilang pada ras-ras masa belakangan. Walaupun kami menghargai nilai banyak pemurnian peradaban yang sedang maju, namun kami merasa kehilangan kegigihan dan pengabdian luar biasa para leluhur purbamu, yang seringkali berbatasan pada kebesaran dan keagungan. |
|
64:7.20 (729.1) The struggles of these early ages were characterized by courage, bravery, and even heroism. And we all regret that so many of those sterling and rugged traits of your early ancestors have been lost to the later-day races. While we appreciate the value of many of the refinements of advancing civilization, we miss the magnificent persistency and superb devotion of your early ancestors, which oftentimes bordered on grandeur and sublimity. |
64:7.21 (729.2) [Disajikan oleh salah satu Pembawa Kehidupan yang bermukim di Urantia.] |
|
64:7.21 (729.2) [Presented by a Life Carrier resident on Urantia.] |